Senin, 30 Mei 2016

Sejarah Jagung dan Manfaatnya


#SELAMAT MALAM PARA KAWAN#
(Menyimak info tentang sekitar jagung)
_________________________________________________________________














__________________

Kata Pengantar
__________________

Dulu...!

Selagi penulis masih petani di Tanah Batak. Sekarang juga sebenarnya
petani juga-nya, maksud penulis "penganguran Tanpa Niat". Tapi ini-kan
cerita dulu.

Saya ulang ja-lah...!

Dulu...!
Selagi penulis masih petani di Tanah Batak, pernah saya menanam jagung
di pematang sawah di sawah atau saba yang secara umum di sebut "Saba
Jae". Jagung tersebut tidak terlalu bagus.

Juga pernanah menanam jagungdi gunung Sibualbuali dan hasilnya juga
tidak terlalu bagus.
























Para kawan dimana-pun berada...!

Lewat postingan ini, penulis akan menjawab-nya di penutup tulisan
berdasarkan inf-info jagu pada postingan ini.

Jika anda ingin tahu juga info seputar jagung ini, maka :

"Selamat menyimak...!"
_____________________________________

Sekilas info tentang jagung
_____________________________________




















* Pengertian

Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi
penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok,
sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia.

Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak.
Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar
tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku
berbagai produk industri.

Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman model yang menarik.
Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang
intensif.

Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien
memanfaatkan sinar matahari. Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang
dramatis dan khas terhadap kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara
penting menjadikan jagung sebagai tanaman percobaan fisiologi pemupukan
yang disukai.

* Sejarah asal-usul dan persebaran


Petunjuk-petunjuk arkeologi mengarah pada budidaya jagung primitif di bagian
selatan Meksiko, Amerika Tengah, sejak 7000 tahun lalu. Sisa-sisa tongkol
jagung kuna yang ditemukan di Gua Guila Naquitz, Lembah Oaxaca berusia
sekitar 6250 tahun; tongkol utuh tertua ditemukan di gua-gua dekat Tehuacan,
Puebla, Meksiko, berusia sekitar 3450 SM.[5][6]. Bangsa Olmek dan Maya
diktengarai sudah membudidayakan di seantero Amerika Tengah sejak 10 000
tahun yang lalu dan mengenal berbagai teknik pengolahan hasil.

Teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7 000 tahun
yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4 000 tahun
yang lalu. Pada saat inilah berkembang jagung yang beradaptasi dengan suhu
rendah di kawasan Pegunungan Andes.[7]. Sejak 2500 SM, tanaman ini telah
dikenal di berbagai penjuru Benua Amerika.

Kedatangan orang-orang Eropa sejak akhir abad ke-15 membawa serta jenis-
jenis jagung ke Dunia Lama, baik ke Eropa maupun Asia. Pengembaraan jagung
ke Asia dipercepat dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori oleh
armada pimpinan Ferdinand Magellan melintasi Samudera Pasifik. Di tempat-
tempat baru ini jagung relatif mudah beradaptasi karena tanaman ini
memiliki plastisitas fenotipe yang tinggi.

Jagung masuk Nusantara diperkirakan pada abad ke-16 oleh penjelajah
Portugis. Di Indonesia (Nusantara), berbagai macam nama dipakai untuk
menyebut jagung. Kata "jagung" menurut Denys Lombard merupakan penyingkatan
dari jawa agung, berarti "jewawut besar", nama yang digunakan orang Jawa.
Beberapa nama daerah adalah jagong (Sunda, Aceh, Batak, Ambon), jago (Bima),
jhaghung (Madura), rigi (Nias), eyako (Enggano), wataru (Sumba), latung
(Flores), fata (Solor), pena (Timor), gandung (Toraja), kastela (Halmahera),
telo (Tidore), binthe atau binde (Gorontalo dan Buol), dan barelle´ (Bugis).
Di kawasan timur Indonesia juga dipakai luas istilah milu, yang
jelas berasal dari milho, berarti "jagung" dalam bahasa Portugis,





























Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman
rerumputan mirip jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7.000 tahun lalu
oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama
Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk
menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan
yang tidak dapat hidup secara liar di alam.

* Botani

Tanaman semusim (annual) yang dalam budidaya menyelesaikan satu daur
hidupnya dalam 80-150 hari. Istilah "seumur jagung" menggambarkan
usia rata-rata jagung yang berkisar tiga sampai empat bulan.

Sekitar paruh pertama dari daur hidup merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap reproduktif. Sebagian jagung
merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat
penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu,
biasanya 12,5 jam.










Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Rata-rata dalam budidaya mencapai
2,0 sampai 2,5 m, meskipun ada kultivar yang dapat mencapai tinggi 12 m
pada lingkungan tumbuh tertentu[16]. Tinggi tanaman biasa diukur dari
permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum rangkaian bunga jantan
(malai). Meskipun ada yang dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada
umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Tangkai batang beruas-ruas
dengan tiap ruas kira-kira 20 cm. Dari buku melekatlah pelepah daun yang
memeluk tangkai batang. Daun tidak memiliki tangkai. Helai daun biasanya
lebar 9 cm dan panjang dapat mencapai 120 cm.

Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah
dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.

Sebagai anggota monokotil, jagung berakar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 80 cm meskipun sebagian besar berada pada kisaran 20 cm.
Tanaman yang sudah cukup dewasa memunculkan akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana pada sorgum dan tebu.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset. Batangnya beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun
yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung zat kayu (lignin).

Daun jagung merupakan daun sempurna, memiliki pelepah, tangkai, dan
helai daun. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan tangkai daun
terdapat lidah-lidah (ligula). Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada
daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki Poaceae (suku rumput-
rumputan). Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit
air pada sel-sel daun. Jika tanaman mengalami kekeringan, sel-sel kipas
akan mengerut, menutup lubang stomata, dan membuat daun melipat ke bawah
sehingga mengurangi transpirasi.

Susunan bunga jagung adalah diklin: memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah dalam satu tanaman (berumah satu atau
monoecious). Bunga tersusun majemuk, bunga jantan tersusun dalam
bentuk malai, sedangkan betina dalam bentuk tongkol. Pada jagung,
kuntum bunga (floret) tersusun berpasangan yang dibatasi oleh sepasang
glumae (tunggal: gluma).
Rangkaian bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman. Serbuk sari
berwarna kuning dan beraroma wangi yang khas. Bunga betina tersusun
dalam tongkol. Tangkai tongkol tumbuh dari buku, di antara batang
dan pelepah daun.


Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
yang memiliki puluhan sampai ratusan bunga betina. Beberapa kultivar unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai jagung
prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih
dini daripada bunga betinanya (protandri).

* Keanekaragaman genetik




















Jagung dikelompokkan berdasarkan tipe bulir. Kiri atas adalah jagung
gigi-kuda, di kiri latar depan adalah podcorn, sisanya adalah jagung
tipe mutiara.

Satu set genom (x) jagung terdiri dari 10 kromosom, sehingga setiap sel
somatik jagung memiliki 2n = 2x = 20 kromosom. Keragaman dalam spesies
jagung amat luas, beberapa studi menyatakan keragaman itu sebanding dengan
perbedaan manusia dan simpanse secara molekuler[18]. Jagung yang
dibudidayakan memiliki sifat bijian yang bermacam-macam. Berdasarkan ciri
bijiannya, dikenal enam kelompok kultivar jagung :

Tunicata (Podcorn, jagung bersisik, merupakan kelompok kultivar
yang dianggap paling primitif)

Indentata (Dent, jagung gigi-kuda)

Indurata (Flint, jagung mutiara)

Saccharata (Sweet, jagung manis)

Everta (Popcorn, jagung berondong)

Amylacea (Floury corn, jagung tepung

Glutinosa (Sticky/glutinuous corn, jagung ketan)

Zea mays "fraise", termasuk kelompok berondong

Dengan perkembangan pemuliaan jagung, keragaman genetik jagung menjadi
sangat luas. Berdasarkan variasi urutan DNA, keragaman genetik dalam
spesies jagung sebanding dengan keragaman genetik yang ditemukan pada
manusia sampai simpanse.
Berbagai tipe kultivar jagung ditanam pada masa sekarang, banyak di
antaranya yang memiliki karakteristik khusus, seperti dikenal jagung
dengan kadar minyak bulir yang tinggi (kandungan minyak 7,0 to 8,0%,
disebut HOC, High Oil Corn), jagung dengan protein tinggi (QPM, Quality
Protein Maize). Jagung dengan kadar karotenoid tinggi juga telah
dikembangkan[20]. Jagung juga menjadi tanaman yang digunakan dalam
biopharming, menghasilkan bahan obat atau senyawa berguna tertentu.

Dipandang dari bagaimana suatu kultivar ("varietas") jagung dibuat,
dikenal tipe kultivar:

galur murni, merupakan hasil seleksi terbaik dari galur-galur terpilih
komposit, dibuat dari campuran beberapa populasi jagung unggul yang
diseleksi untuk keseragaman dan sifat-sifat unggul sintetik, dibuat
dari gabungan beberapa galur jagung yang memiliki keunggulan umum (daya
gabung umum) dan seragam hibrida, merupakan keturunan langsung (F1)
dari persilangan dua, tiga, atau empat galur yang diketahui
menghasilkan efek heterosis.

Warna bulir jagung ditentukan oleh warna endosperma dan lapisan
terluarnya (aleuron), mulai dari putih, kuning, jingga, merah cerah,
merah darah, ungu, hingga ungu kehitaman. Satu tongkol jagung dapat
memiliki bermacam-macam bulir dengan warna berbeda-beda, karena setiap
bulir terbentuk dari penyerbukan oleh serbuk sari yang berbeda-beda.

* Budidaya

Meskipun dikenal sejumlah ras jagung yang mampu beradaptasi dengan
suhu rendah dan kawasan tinggi, jagung adalah tanaman dataran rendah
dengan suhu hangat dan penyuka cahaya matahari penuh. Perkecambahan
jagung terhenti pada suhu di bawah 10 °C.

Kebutuhan air jagung adalah rata-rata, namun kekurangan air pada masa
awal tumbuh, masa pembungaan, dan pengisian biji akan berakibat
pada penurunan hasil yang dramatis.

Jagung dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, asalkan ketersediaan
air dan hara tercukupi dan akar mampu tumbuh dengan baik. Perakaran
jagung tidak dalam, sehingga lapis olah tidak boleh terlalu keras.
Kebutuhan hara jagung tinggi, terutama terhadap nitrogen dan fosfor.

Jagung menyukai tanah dengan kemasaman netral (pH 5 - 6,5). Penanaman
jagung di tanah masam, seperti gambut dan podsolik merah kuning (PMK),
memerlukan pengapuran, pengatusan (drainasi) yang baik, serta
kultivar yang toleran.

Pengolahan lahan untuk persiapan penanaman jagung biasanya mencakup
pembajakan, perataan, pembuatan parit atusan, serta pengapuran (pada
tanah masam). Sebelum ditanam, lahan perlu diirigasi terlebih dahulu.

* Cara bercocok tanam

Jagung memerlukan cahaya matahari langsung untuk tumbuh dengan normal.
Tempat dengan curah hujan 85-200 mm per bulan, suhu udara 23-27°C (ideal),
dan pH tanah 5,6-7,5 adalah tempat terbaik. Jenis tanah tidak terlalu
penting, asalkan aerasi baik dan ketersediaan air mencukupi. Air yang
cukup pada fase pertumbuhan awal, dan fase pembungaan serta
pengisian biji adalah kritis bagi produksi jagung pipilan.

Lahan penanaman jagung tidak boleh memiliki genangan. Pengolahan tanah
awal perlu mempertimbangkan pembuatan parit pengatusan air atau pembuatan
bedengan. Pada tanah masam pengapuran diperlukan.

Penanaman jagung secara tradisional dilakukan dengan tangan menggunakan
tugal untuk melubangi tanah. Dalam pertanian dengan mekanisasi, penanaman
bijian jagung dilakukan menggunakan mesin penanam. Kepadatan populasi
tanam yang biasa dipakai adalah 60 000 sampai 120 000 tanaman per ha,
yang biasa diterjemahkan dalam jarak antarbaris (50-100 cm) dan jarak
dalam baris (10-40 cm). Pemilihan jarak tergantung ukuran tanaman
jagung. Jagung yang dipanen genjah dapat toleran terhadap kepadatan
tanam tinggi, sementara jagung berukuran besar seperti jagung hibrida
memerlukan populasi yang sedang sampai rendah.

Kebutuhan hara jagung dikenal relatif tinggi. Selain memerlukan pupuk
organik sebagai pupuk dasar/awal, jagung memerlukan masukan nitrogen
(N, dari urea ataupun ZA), fosfat, dan kalium untuk pertumbuhan dan
hasil yang optimal. Kebutuhan nitrogen jagung tinggi, pemberian pupuk N
biasanya diberikan dua sampai tiga kali. Unsur kalium penting bagi
pembungaan.

Pada pertengahan masa pertumbuhan vegetatif jagung mengeluarkan akar
udara (aerial roots) sehingga memerlukan pembumbunan untuk memaksimalkan
penyerapan hara. Pengendalian tumbuhan pengganggu (gulma) dilakukan
menggunakan herbisida atau dilakukan dengan pendangiran.

Pemberian air biasanya diberikan dengan cara penggenangan parit
apabila hujan tidak tersedia. Air dialirkan melalui saluran irigasi
atau menggunakan pompa air.

* Organisme pengganggu

Organisme pengganggu dalam budidaya jagung di daerah tropika
dan non-tropika berbeda.

Di kawasan Asia tropika, penyakit utama jagung adalah

penyakit bulai (maize downy mildew) karena infeksi Peronosclerospora,
karat daun jagung karena cendawan Puccinia (terutama P. polysora),

bercak daun jagung (Southern leaf blight) karena cendawan Bipolaris
maydis (teleomorf: Cochliobolus heterostrophus),

hawar daun jagung (Northern leaf blight) karena cendawan Setosphaeria
turcica (anamorf: Exserohilum turcicum),

busuk pelepah (sheath blight) karena cendawan Rhizoctonia solani,
busuk batang jagung karena bermacam-macam cendawan dan oomycetes, dan
busuk tongkol oleh cendawan Fusarium, Diplodia, dan Gibberella,
gosong bengkak (corn smut) karena cendawan terutama Ustilago maydis,
penyakit mosaik kerdil jagung karena infeksi Maize Dwarf Mosaic Virus.

* Hama utama jagung adalah

penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis (Asia tropika) dan Ostrinia
nubilalis (daerah subtropika dan iklim empat musim)lalat bibit Atherigona spp.,
uret, terutama Lepidiota stigma (Jawa dan Sumatera),
ulat tanah, seperti Agrotis,ulat grayak Spodoptera,
penggerek tongkol Helicoverpa armigera
belalang kembara Locusta migratoria,
tikus sawah Rattus argentiventer,
kumbang gudang, terutama Sitophilus zeamais dan S. oryzae, dan
ngengat gudang, seperti Sitotroga.

Di Afrika tropis dikenal gulma sekaligus parasit berbahaya yang diawasi
ketat agar tidak masuk ke kawasan Asia tropika, yaitu striga.

* Pemanfaatan

Produk utama jagung adalah bijiannya (grain). Bijian sebenarnya adalah
buah dan biji yang menyatu. Massa bijian terbesar diisi oleh endosperma
yang kaya oleh [karbohidrat]]. Dari bijian yang dihasilkan, jagung menjadi
sumber pangan pokok manusia ketiga setelah gandum dan beras/padi[24].
Bijian jagung dimanfaatkan sebagai pakan hewan, baik untuk unggas maupun
ternak besar. Serapan terbesar di Indonesia sekarang adalah sebagai sumber
pakan ternak. Olahan bijian juga diserap dalam industri pangan,
farmasi, kosmetika, dan industri kimia.

Produk jagung penting lainnya adalah jagung tongkol. Jagung tongkol juga
dipanen dalam usia sekitar tiga minggu setelah penyerbukan untuk dijadikan
sayuran atau direbus serta dibakar.









Jagung manis biasanya mengisi pangsa ini. Tongkol jagung yang masih muda
dan belum berkembang penuh dipanen sebagai sayuran segar yang dikenal
sebagai jagung semi atau babycorn.

Tanaman jagung utuh yang masih hijau dimanfaatkan oleh usaha tani peternakan
sebagai hijauan. Kandungan protein tanaman jagung cukup tinggi sebagai
sumber pakan bagi sapi dan kerbau. Bidang bioenergi mengembangkan tanaman
jagung dengan kandungan selulosa tinggi untuk dimanfaatkan biomassanya
sebagai sumber energi terbarukan.
Pangan

Bagian jagung yang biasa dimakan manusia adalah bijiannya, baik masih
muda ketika isinya belum mengering maupun setelah tua dan mengering.

Bijian kering dapat dihaluskan menjadi tepung jagung (maizena). Maizena
merupakan bahan untuk berbagai kue dan penganan olahan.

Dedak merupakan bijain jagung yang digiling halus. Dedak dapat dicampur
dengan bahan lain sebagai makanan sarapan.

Pecahan kasar bijian jagung diolah di Amerika Serikat sebagai makanan
sarapan populer, corn flakes.

Bijian utuh jagung dapat dipanggang, disangrai, atau digoreng. Gorengan
bijian kering jagung dikenal sebagai marning di Jawa Tengah.

Jagung muda biasanya dipasarkan secara utuh bersama tongkolnya. Jagung
manis mengisi kebanyakan pangsa ini, meskipun jagung ladang dan jagung
ketan juga dipanen dalam keadaan demikian. Tongkol direbus, dipanggang,
atau dibakar. Beberapa masakan sayur, seperti sayur asam dan sayur bening
dilengkapi dengan potongan tongkol jagung atau bijian muda yang sudah
dipisahkan dari tongkolnya (dipipil).

* Pakan























Untuk unggas dapat diberikan dalam bentuk utuh (pakan burung dara), dipecah
(pakan burung pengicau), dihaluskan, sampai berbentuk bubuk.


Saat ini jagung juga dijadikan sebagai sumber energi alternatif.

Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai bahan
campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang
telah mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing
komputer yang siap dipasarkan.

* Kandungan gizi








Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endosperma.
Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji.
Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan
pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah
tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.


* Produksi jagung dan perdagangan dunia

Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 menempati peringkat ke-8 produsen
jagung (pipilan kering) dunia. Produksi tahun 2013 mengalami penurunan
dari 2012, yaitu dari 19.377.030 ton menjadi 18.511.853 ton, meskipun
produktivitas (produksi dibagi luasan tanam) meningkat.

Produsen jagung terbesar saat ini (data 2013) adalah Amerika Serikat
(34,74% dari total produksi dunia); diikuti Tiongkok 21,46%; Brazil
7,89%; Argentina 3,16%, Ukraina 3,04%; India 2,29%; Meksiko 2,23%;
Indonesia 1,82%; Prancis 1,48%; dan Kanada 1,39%.

Jagung pipilan merupakan komoditas perdagangan dunia. Pada umumnya jagung
yang diperdagangkan adalah untuk pakan ternak serta untuk pembuatan tepung
maizena. Berdasarkan data FAO, produksi jagung dunia tahun 2013 sebesar
1.018 juta ton lebih pipilan kering. Berikut adalah data produksi dari
sumber yang sama menurut negara penghasil.

___________

Penutup
___________





























Demikian infonya para kawan sekalian...!

Jika petanyaan pada kata pengantar diatas mau penulis jawab, maka
jawabannya Jagung  yang ditanam di pematang Tanah Tapsel tidak telalu
bagus disebabkan :

- Tanah Tapsel ada didataran tingi, sedangkan jagung lebih cocok tumbuh
  di dataran rendah
- Tidak kena matahari langsung karena terhalang oleh padi yang 6 bulan
  baru di panen.
- Tanah pematang sawah tersebut terlalu lembab

Khsus untuk jagung yang ditanam di Gunung Tapanuli Selatan, menjadi
tidak bagus karena sinar matahari tidak dapat menyinarinya secara
merata. Demikian...!

...dan....

Selamat malam...!


















____________________________________________________________________________
Cat :
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/01/pisang-abang-dan-kopi-adek-bagi-la-dek.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/jagung-pengertian-klasifikasi-sejarah.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/jeruk-dan-seluk-beluknya.html
http://angkolafacebook.blogspot.co.id/2016/02/apel-pengertian-sejarah-aspek-budaya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar